Sabtu, 18 Juni 2016

Mudah Dipahami

Siapa bilang menulis puisi tak bisa diajarkan? Nyatanya, dalam buku ini, Budi Maryono sangat kekurangan halaman dalam mengajarkan. Memang cara dia mengajar tidak teoretis tetapi memberikan contoh-contoh pengalaman yang menyegarkan. Praktis, simpel, dan empiris. --- Handry Tm, penyair dan novelis

Buku ini menjadi menarik, dan tentu saja juga bermakna serta berarti, terutama karena penulisnya tidak memosisikan realitas keberadaannya sebagai guru yang sedang mengajar murid. Melainkan lebih sebagai seorang temanBaik sedang, dengan rileks, mengajak kesemua kita (yang merupakan kawan-kawan baik baginya) untuk menulis puisi dengan melibatkan hati. Itulah sebab mengapa isi buku ini sungguh mudah dipahami dan menyodorkan banyak jenis keleluasaan bagi pembaca untuk mempraktikkannya. --- Timur Suprabana, penyair dan facebooker

Penerbit: Gigih Pustaka Mandiri. Ukuran:  13 x 19 cm. Tebal: 105 halaman. Harga : Rp 35.000.

Jumat, 29 April 2016

Buku Pembuka Jalan

KETIKA jalan-jalan sendiri dan melihat apapun yang mestinya kuberikan pada Tia, melihat apapun yang pernah aku janjikan namun belum kutunaikan, rindu ini segera bercampur dengan rasa bersalah dan aku bisa tak henti-henti mengunyah. Tapi alih-alih hancur, rindu dan rasa bersalah makin mengecambah. Pada saat seperti itu aku merasakan benar, cintaku padanya sangatlah dalam. Begitu dalam hingga mungkin tak selalu kelihatan (hal. 392).

Bapak. Meskipun dalam agama nilainya 1, sedangkan Ibu bernilai 3, tak lantas berarti Bapak tak berharga. Benar bahwa Ibu bernilai 3, tapi bukankah angka 3 berawal dari angka 1 yang dikalikan 3. Mengunyah Rindu memanglah sebuah curhat Bapak mengenai keluarganya, yaitu istri dan anaknya. Curhat yang barangkali mewakili perasaan para Bapak di luar sana. Curhat yang lebih banyak dipendam dan tetap menjadi teka-teki hingga sekarang, kenapa seorang Bapak lebih sedikit bicara ketimbang Ibu. Sebab apa yang disampaikan dalam buku ini bukanlah fiksi, melainkan fakta yang dikemas seperti novel. Semua tokoh dalam cerita ini begitu hidup.

Melalui buku ini pembaca disuguhkan paket lengkap, jika umumnya pada novel kita hanya digiring untuk fokus pada satu tokoh utama, tapi dalam buku ini semua adalah tokoh penting. Meskipun penulis hanya menceritakan istri dan anak-anaknya, tapi mereka bisa tampil begitu riil. Dan banyak hal yang bisa diambil sebagai manfaat, dari lima tokoh yang memiliki karakter berbeda-beda. Ada Bapak yang selalu berusaha menjadi orang paling 'yakin' meskipun ketakpastian adalah menu sehari-hari. Ibu yang selalu menjadi tempat menenangkan diri. Tia si Anak Sulung yang sangat beruntung karena memiliki Bapak yang bisa begitu "hadir" dalam hidupnya. Biru yang meskipun keras kepala, tapi penyayang. Serta Gigih, si Bungsu yang punya banyak pertanyaan di luar dugaan. 

Buku ini setidaknya akan menjadi pembuka jalan bagi siapa pun yang ingin pulang, tetapi terkendala ego dan waktu. Sebab bagaimanapun, pulang adalah hak bagi mereka yang pernah berangkat.

--review Destaayu Wulandari di goodreads.com



Penerbit: Gramedia Pustaka Utama. Ukuran:  13,5 x 20 cm. Tebal: 416 halaman. Softcover. Harga : Rp 95.000

Relevansi Terdalam

Benang merah keseluruhan cerita ada pada pertanya-an tentang komitmen. Ketika seorang suami jatuh cinta pada istri orang lain, apakah ia sed...